google-site-verification: google7dd0f3100f4b786d.html Fire -->

Jumat, 23 November 2012

KEBUN RAYA BOGOR


Para blogger ada berita baru nih di Kebun raya bogor,.. yaitu BUNGA BANGKAI kini mekar ayo buruan yang belum pernah ke kebun raya bogor tapi sebelumnya kita bahas dulu sedikit tentang Kebun Raya Bogor


Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di samping samida itu dibuat pula samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara). Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18.
Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.

Monumen Olivia Raffles

Pada tahun 1814 Olivia Raffles (istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor.
Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi yaitu Abner yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen. Dalam surat itu terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lain.
Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt adalah seseorang berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda dan menjadi ilmuwan botani dan kimia. Ia lalu diangkat menjadi menteri bidang pertanian, seni, dan ilmu pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Ia memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari bahasa Belanda yang berarti "tidak perlu khawatir"). Reinwardt juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense.
Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent (dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris).
Sekitar 47 hektare tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Reinwardt menjadi pengarah pertamanya dari 1817 sampai 1822. Kesempatan ini digunakannya untuk mengumpulkan tanaman dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut.
Pada tahun 1822 Reinwardt kembali ke Belanda dan digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di kebun. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesies) tanaman. Pelaksanaan pembangunan kebun ini pernah terhenti karena kekurangan dana tetapi kemudian dirintis lagi oleh Johannes Elias Teysmann (1831), seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Dengan dibantu oleh Justus Karl Hasskarl, ia melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkan menurut suku (familia).
Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer pada tahun 1867 menjadi direktur, dan dilanjutkan kemudian oleh Prof. Dr. Melchior Treub.
Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894).
Pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor.
Pada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan ke Hindia-Belanda (kini Indonesia). Namun pada perkembangannya juga digunakan sebagai wadah penelitian ilmuwan pada zaman itu (1880 - 1905).
Kebun Raya Bogor selalu mengalami perkembangan yang berarti di bawah kepemimpinan Dr. Carl Ludwig Blume (1822), JE. Teijsmann dan Dr. Hasskarl (zaman Gubernur Jenderal Van den Bosch), J. E. Teijsmann dan Simon Binnendijk, Dr. R.H.C.C. Scheffer (1867), Prof. Dr. Melchior Treub (1881), Dr. Jacob Christiaan Koningsberger (1904), Van den Hornett (1904), dan Prof. Ir. Koestono Setijowirjo (1949), yang merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat suatu pimpin lembaga penelitian yang bertaraf internasional.
Pada saat kepemimpinan tokoh-tokoh itu telah dilakukan kegiatan pembuatan katalog mengenai Kebun Raya Bogor, pencatatan lengkap tentang koleksi tumbuh-tumbuhan Cryptogamae, 25 spesies Gymnospermae, 51 spesies Monocotyledonae dan 2200 spesies Dicotyledonae, usaha pengenalan tanaman ekonomi penting di Indonesia, pengumpulan tanam-tanaman yang berguna bagi Indonesia (43 jenis, di antaranya vanili, kelapa sawit, kina, getah perca, tebu, ubi kayu, jagung dari Amerika, kayu besi dari Palembang dan Kalimantan), dan mengembangkan kelembagaan internal di Kebun Raya.

Demikian tadi sekilas kebun raya bogor nah sejak mekarnya bunga padma (Rafflesia patma) Senin (5/11/2012) lalu, Kebun Raya Bogor kembali menjadi perhatian publik dengan mekarnya koleksi bunga bangkai A. titanum yang diprediksi mekar sempurna pada akhir November 2012 ini.
Koleksi bunga bangkai A. titanum dengan nomor koleksi VI.C. 483 tersebut berasal dari Desa Bantunan, Kecamatan Pajar Bulan, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Bunga mekar untuk pertama kalinya pada 8 Januari 2010 sejak umbinya ditanam pada 2 November 2009 lalu. Setelah berbunga kemudian memasuki fase daun (pohon) selama 12 bulan dengan berat umbi 23 kg, dan memasuki periode dorman (fase istirahat) selama 9 bulan. Tunas bunga tampak mulai aktif pada bulan September 2012, kemudian awal Oktober 2012 tunasnya mulai tumbuh dan terus diamati. Hingga saat ini (19 November 2012) tinggi bunga telah mencapai 140 cm dan masih akan bertambah tinggi.
Berdasarkan data-data sebelumnya bunga diperkirakan akan segera mekar sempurna pada akhir November 2012. Adanya dua momen berharga yang terjadi pada waktu berdekatan ini diharapkan publik bisa lebih memahami perbedaan antara bunga padma (Rafflesia patma) dan bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum).

Berbunganya Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor ini merupakan yang ke-4 kalinya sejak tahun 2010. Pada tahun 2010, tiga bunga yang mekar berturut-turut terjadi pada tanggal 3 dan 18 Juni serta 20 Juli, masing-masing berjenis kelamin betina, jantan, dan betina. Keberhasilan ini menambah kebanggaan Kebun Raya Bogor sebagai Pusat Konservasi Tumbuhan dalam menjalankan misinya menyelamatkan tumbuhan langka. Tumbuhan endemik Indonesia ini masih menjadi obyek menarik ilmuwan dunia karena masih banyak aspek kehidupannya yang belum terungkap.

Di samping oleh keberadaan habitatnya yang mulai berkurang, sebagian besar kelangkaannya diakibatkan oleh sifat biologisnya sebagai parasit dan bergantung kepada pohon inangnya, Tetrastigma, sejenis tumbuhan pemanjat dari keluarga anggur-angguran (Vitaceae). Walaupun Tetrastigma banyak ditemukan di hutan-hutan tropis di Indonesia, namun tidak semuanya dapat ditumbuhi Rafflesia. Rafflesia tumbuh pada inang yang sangat spesifik dan tumbuh karena interaksi yang sangat spesifik pula. Karenanya sampai saat ini keberadaan Rafflesia umumnya baru dapat disaksikan di habitat alaminya.

Sampai saat ini, diketahui ada 17 spesies Rafflesia di Indonesia. Salah satu jenis Rafflesia yang terkenal adalah Rafflesia arnoldii yang berasal dari Sumatera dengan ukuran yang sangat besar, berdiameter sampai 1 meter. Di antara jenis-jenis Rafflesia, R. patma merupakan jenis Rafflesia yang pertama kali ditemukan pada 1797 oleh Auguste Deschamps, seorang naturalis berkebangsaan Perancis. Namun baru pada tahun 1825 spesies ini dideskripsikan oleh Blume yang menjabat Deputi Direktur Pertanian Kebun Raya Bogor saat itu (1822-1826).

Upaya menumbuhkan Rafflesia di luar habitatnya sudah tercatat sejak tahun 1800-an di Kebun Raya Bogor. Salah satu keberhasilan yang tercatat adalah Rafflesia patma koleksi H. Loudon yang berbunga pada tahun 1852. Di harian Operechte Harlemse edisi 7 April 1857 mengabarkan R. arnoldii mekar tanggal 9 Februari 1857 yang merupakan koleksi dari Johannes Teijsmann dan Simon Binnendijk. Sejak tahun 2004, penelitian intensif terus dilanjutkan oleh Kebun Raya Bogor, namun dengan tingkat keberhasilan yang rendah. Akhirnya keberhasilan pertama baru diperoleh pada tahun 2010.

Tahun ini merupakan keberhasilan yang kedua, dimana ada dua bunga yang mekar hampir bersamaan. Tantangan ke depan bagi Kebun Raya Bogor adalah bagaimana menghasilkan bunga secara terus-menerus. Para peneliti masih harus bekerja keras untuk membuat jumlah populasinya banyak sehingga kesempatan untuk berbunga dan berbuah lebih besar.
nah semoga info ini berguna buat blogger semua .. 

Tidak ada komentar: